Sebagai informasi, saung inflasi ini terdiri dari lima kios inflasi yakni satu di Kantor DKP Kabupaten Bogor dan lainnya tersebar di beberapa kecamatan yang dikelola langsung oleh para Kelompok Tani yakni dua di Bojong Kulur Kecamatan Cileungsi, satu di Kecamatan Ciomas, dan satu di Kecamatan Dramaga.
Pj. Bupati Bogor Bachril Bakri menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas terbangunnya saung inflasi yang merupakan inovasi cukup spektakuler sehingga penanganan dan pengendalian inflasi ini bisa dilakukan secara terpadu melalui saung inflasi. Sehingga pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas pangan bisa dilakukan melalui saung inflasi melalui kios pangan dan urban farming, sebab kios pangan ini jadi urban farming saat ini menjadi hal yang dilakukan masyarakat karena dinilai sangat efektif dalam mengendalikan inflasi.
“Kita berharap inovasi saung inflasi ini bisa menjadi contoh bagi daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Ini momentum yang sangat bersejarah, sebab saung inflasi ini mengkombinasikan dua pendekatan pengendalian inflasi yakni kios pangan atau mini food station dan ini akan terus kita kembangkan,” jelas Pj. Bupati Bogor.
Menurutnya, pengendalian inflasi yang dilakukan ia bersama jajaran Pemkab Bogor menunjukan tren yang positif hal itu terlihat dari indikator indeks perkembangan harga terutama di 20 komoditas pangan, apalagi ditambah dengan kehadiran kios pangan kedepan bahkan bisa dikembangkan satu kecamatan 1 kios pangan.
“Melalui kios pangan ingin menjamin baik stok pangan dan harga pangan bisa terjaga dan terkendalikan dengan baik, sehingga bisa berdampak ke sosial ekonomi masyarakat dampak yang tidak baik bagi kita, baik pemerintah daerah ataupun juga bagi masyarakat secara, mari kita sama-sama untuk mengoptimalkan keberadaan saung inflasi ini sebagai upaya agar inflasi di Kabupaten Bogor dapat terkendali, semoga langkah-langkah yang kita ambil hari ini membawa manfaat yang nyata bagi masyarakat Kabupaten Bogor,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Plt. Kepala DKP Kabupaten Bogor, Bambang Setia Aji menjelaskan ada lima kios pangan dalam program saung inflasi ini dengan tujuan untuk menjaga stabilitas pangan beras utamanya di Kabupaten Bogor ini. Pada prinsipnya di kios pangan komoditas yang dijual tidak terlalu jauh berbeda dengan yang di jual melalui program Gerakan Pangan Murah (GPM). Komoditasnya ada beras, bawang merah, gula, telur, dan sebagainya, dengan harga yang memang relatif lebih murah dari harga pasar.
“Kios atau saung invasi ini adalah reborn atau lahir kembali dari toko tani Indonesia, jadi memang sudah ada sebelumnya, hanya memang kita hidupkan lebih masif lagi. Sementara di urban farming ini ada beraneka benih, bibit, pupuk organik, ada polybag juga peralatan perkebunan dan ada budidaya maggot. Kami harap ini jadi cikal bakal pekarangan rumah, yang bisa meningkatkan ketahanan pangan khususnya di Kabupaten Bogor. Di urban farming kita juga menyediakan sosialisasi dan edukasi mengenai budidaya sayuran, ayam petelur, pembesaran ikan nila, hidroponik, dan sebagainya,” tutur Plt. Kadis DKP Kabupaten Bogor.
Ia juga menyampaikan, terkait dengan upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh Pemkab Bogor melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) telah dilaksanakan sebanyak 56 kali pak, termasuk hari ini. Dengan total komoditas, beras sudah 245 ton, ayam 20 ton, daging ayam dan daging sapi 7 ton, minyak goreng 45 ton, gula pasir 30 ton, cabai 2 ton, dan bawang merah dan bawang putih kurang lebih 4 ton.
“Kami berharap dengan adanya saung inflasi ini kita bisa menjaga aksesibilitas pangan masyarakat yang berkualitas, aman, bergizi, seimbang dan terjangkau sehingga masyarakat bisa menikmati terhadap kualitas pangan yang baik,” imbuhnya.|Marco