Penasilet.com. Palembang,- Pemilihan Putra dan Putri Sriwijaya merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan ini bertujuan menjaring putra dan putri terbaik dari 17 kabupaten/kota di provinsi Sumatera Selatan.
Akan tetapi tekait pemilihan Putra putri Sriwijaya tersebut ada beberapa hal yang menjadi kritikan oleh budayawan OKI seperti baju tradisional tak sesuai dengan adat istiadat OKI.
Saat dikonfirmasi melalui wa salah satu Budayawan OKI yang tak ingin di sebut namanya terkait pakaian adat yang dikenakan oleh peserta dari OKI mengatakan bahwa baju ada yang di gunakan itu tidak sesuai dengan adat OKI seperti Trompah sendal khas Jepang Keris jawa
Selain itu juga Pakaian adat kabupaten oki yang terpilih di acara Pemilah putra putri sriwijaya tahun ini sebagai busana daerah terbaik menuai kontroversi di kalangan masyarakat OKI sendiri. Dilihat dari mata seorang budayawan OKI. Pakaian tersebut sangat aneh dan yang paling anehnya lagi kok bisa sampai jadi pemenang di ajang tersebut, karena yang jadi keanaehan tersebut sejak kapan sendal trompah khas jepang jadi pakaian adat Ok, kris nya yang asli modelan keris jawa.
Dan pakaian tersebut dari adat mana, kapan di pakai, disaat apa?
Jikalau pembuatan pakaian tersebut telah melalui proses bertanya ke ahli budaya…siapa ahli budaya tersebut. Didalam pakaian. Adat tersebut terdapat semacam tikar purun khas pedamaran Itu bermakna apa?
Padahal fungsi dari tikar tersebut bagi masyarakat oki.
Bisa dibilang 3 fungsi nya
1. menerima tamu
2.Untuk makan bersama
3.Untuk Tikar jenazah
Apakah pantas tikar pedamaran yg telah di modifikasi sedemikan rupa untuk dijadikan selendang pakaian adat? ,”jelasnya
Perlu di pahami didalam pemilihan putra putri sriwijaya tersebut memang terdapat keringanan di dalam pakaian adat, Boleh di modifikasi Tapi meniggalkan unsur adat budaya pakaian itu. Kalau dilihat dari busana terbaik putra dari OKI, perlu di pertanyakan darimana unsur adat nya . Kalau kategori untuk jember festival mungkin bisa dibilang pas di acara itu,”Ungkap Dari salah satu budayawan OKI
Sementara lewat WhatsApp,Senin (2/9/2024), Salah seorang official daerah yang tidak mau menyebutkan namanya mengatakan, pihaknya terkejut untuk busana terbaik itu diraih dari OKI. Untuk kompetisi pasti ada yang menang dan ada yang kalah.
“Tapi ada yang mengganjal bagi official. Kenapa dari OKI bisa menang. Baju yang dipakai peserta dari OKI itu unsur budayanya dimana?kapan pernah dibawakan?,” ujarnya.
Dia menuturkan, dulu ada juri yang mengatakan bahwa baju adat boleh dimodifikasi. Tapi tidak boleh keluar dari unsur adat Sumsel.
“Untuk busana OKI itu sama sekali tidak ada adat Sumsel. Peserta OKI memakai sendal Jepang, pakai aksesoris kepala yang tidak ada budaya Sumsel. Kalau aksesoris menggunakan songket ,itu masuk akal. Jadi kita kaget kenapa OKI bisa menang. Kita pertanyakan kenapa bisa menang,” tambahnya.
Dia mengungkapkan, sudah mengikuti ajang pemilihan putera-puteri Sriwijaya sejak tahun 2015. Diduga ada oknum-oknum tertentu yang ingin merusak pelaksanaan kegiatan ini dengan melaksanakan dengan tidak fair.
“Diduga ada orang dalam yang mengatur acara ini untuk menentukan pemenangnya. Harusnya ada keterbukaan dalam penilaian. Kemudian juri harus konsisten jika membuat kriteria penilaian, jangan ada unsur KKN. Semua ingin menang, tapi jangan ada unsur KKN untuk menang,” tandasnya.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan Pariwisata OKI Didi saat dikonfirmasi mengatakan, itu bukan pakaian adat tapi busana daerah.
“Sesuai dengan juknis yang ada. Banyak kok baju modifikasi tikar yang sudah dibuat. Pernah dipakai di JPD,” ucapnya.lewat WhatsApp Senin (2/9/2024)
“Tikar sudah jadi tas, sudah jadi peci. Itu tanggapannyo. Dari panitia PPS nya tertulis busana daerah bukan busana adat,” katanya.( Tim)