Budaya Pembiaran: Jalan Tol bagi Penjahat

JAKARTA,Penasilet.com – Kamis, (18/9/2025) – Diam di hadapan kesalahan bukanlah sikap netral – ia adalah bentuk pembiaran, bahkan pengkhianatan terhadap akal sehat. Ketika pelanggaran dibiarkan, maka secara tidak sadar kita sedang memberi pupuk bagi kebusukan untuk tumbuh subur. Dan itulah yang kini menjadi wajah nyata negeri ini: penyimpangan dianggap lumrah, kejahatan dipoles seakan kewajaran.

Fenomena berbahaya ini sudah tampak jelas. Yang mencuri diberi label “pintar”, yang mengkritik dicap “pengganggu”, sementara yang jujur justru dituding “bermasalah”. Sistem ikut rusak karena aparat membiarkan, elit menikmati, dan publik memilih bungkam. Akibatnya, kebenaran kehilangan tempatnya, keadilan kehilangan maknanya, dan nurani dipaksa tunduk pada kepalsuan.

Diam di tengah kesalahan sistemik bukanlah kebijaksanaan, melainkan keberpihakan terhadap yang salah. Ia bukan lagi pilihan aman, melainkan dosa sosial yang membuat bangsa ini terjerumus semakin dalam. Keberanian untuk bersuara seharusnya menjadi norma, bukan pengecualian. Karena tanpa suara kritis, kejahatan akan terus menjelma sebagai rutinitas sehari-hari.

Ingatlah: ketika yang benar diputarbalik menjadi salah, maka yang salah akan terus berkuasa. Maka berhentilah menjadi penonton bisu di tengah panggung kebobrokan. Saatnya publik bicara, saatnya melawan diam. Sebab diam di hadapan kebusukan berarti kita sedang ikut merawat kebusukan itu sendiri.

Penulis: Tim Redaksi
Editor. : Tamrin

#Editorial
#Opini
#Publik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!